Resensi Novel Tentang Manusia dan Penderitaan
Judul
: Moga Bunda Disayang Allah
Penulis
: Tere Liye
Penerbit :
Republika
Jumlah Halaman : 247
Dimensi (PxL) :
20,5 x 13,5 cm
Tahun
: 2009 ( cetakan ke-5)
Sinopsis
Dalam Novel ini diceritakan seorang anak bernama Melati
penderita buta dan tuli untuk bisa mengenali dunia, dan juga perjuangan seorang
Pemuda bernama Karang untuk bisa keluar dari perasaan bersalah setelah kematian
18 anak didiknya dalam kecelakaan kapal.
Melati bocah berusia 6 tahun yang buta dan tuli sejak dia
berusia 3 tahun. Selama 3 tahun ini dunia melati gelap. Dia tidak memiliki
akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga semua tertutup
baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin
dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun tahun itu akhirnya memuncak,
menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Melati hanya bisa
mengucap Baa dan Maa. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa
mengendalikan Melati. Bahkan tim dokter ahli yang diundang oleh orang tuanya
tidak berhasil mengendalikan Melati.
Pak Guru karang, seorang pemuda yang suka mabuk dan sering
bermurung diri dikamar rumah ibu gendut yang akhirnya menjadi guru Melati.
Karang sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya
tewas dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalahnya hampir setiap hari
menghantuinya selama 3 tahun terakhir. Dia bahkan hampir tidak berminat ketika
ibunya Melati memintanya untuk membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap
anak-anak Karang akhirnya datang memenuhi permintaan ibunya Melati.
Tidak mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati.
Bagaimana caranya Melati bisa mendengar apa yang dikatakan Karang ? Bagaimana
caranya Melati bisa melihat? Bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa
menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati tidak
mempunyai akses untuk tahu. Tidak mempunyai cara untuk mengenal apa yang ingin
dia kenal. Setiap kali ada yang menyentuh tubuh Meklati maka dia akan marah,
mengamuk dan meklemparkan apa saja yang tercapai oleh tangannya.
Karang hampir putus asa. Lalu keajaiban datang ketika air
mancur membasuh lembut telapak tangan Melati. Melati merasakan aliran air di
sela jemarinya. Saat itulah untuk pertama kalinya Karang melihat Melati
tertawa. Karang akhirnya mengerti, melalui telapak tangan itulah karang
menuliskan kata Air, dan meletakkan telapak tangan Melati kemulutnya dan
berkata A-I-R. Melati akhirnya mengerti benda yang menyenangkan itu bernama
air. Melalui telapak tangan Melati, air mancur yang mengalir di tangan dan
sela-sela jarinya berhasil mencukilnya. Melalui telapak tangan itulah semua
panca indera disitu. Akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia bisa mengenali
orang tuanya, dia bisa mengenali kursi, sendok, pohon dan sebagainya.
Sumber : http://arhabi19.blogspot.com/2015/05/manusia-dan-penderitaan.html
Sumber : http://arhabi19.blogspot.com/2015/05/manusia-dan-penderitaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar